Jika Indonesia terkenal dengan kopi luwaknya, maka brazil juga punya yang mirip dengan itu. Mereka menyebutnya Jacu Coffee atau kopi jacu. Layaknya kopi luwak, jacu coffee juga dibuat dari kotoran hewan, yakni kotoran burung jacu di brazil. Kopi yang digunakan untuk burung jacu yakni kopi arabika. Apa saja fakta mengenai kopi dari burung jacu? Simak artikel berikut.
Sejarah Jacu Bird Coffee
Berawal
ketika mendatangi perkebunan Espiri santo, Pedra Azul pada suatu pagi. Henrique
slopes melihat buah kopi dikebunnya habis di serbu oleh burung jacu yang
terancam punah. Padahal, burung jacu biasanya tidak memakan buah kopi. Di sisi lain,
kebun kopi di tanah tetangganya bebas dari serbuan burung jacu.
Kemudian Henrique terduduk diam di kantornya. “Saya duduk di kantor dengan perasaan
putus asa” tutur Henrique. “Saya bahkan menguhubungi
polisi lingkungan, namun tidak ada yang bisa mereka lakukan dan saya juga tidak
bisa membunuh mereka. Saya adalah penganut hidup organik.”
Satu-satunya
penjelasan untuk invasi burung jacu yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah
metode biodynamic.
Metode biodynamic adalah metode pertanian yang sepenuhnya
mengandalkan unsur-unsur kehidupan untuk membantu sistem pertaniannya. Salah
satu contohnya adalah budi daya kopi jacu yang memanfaatkan kehidupan
burung jacu untuk meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan. Sistem yang digunakan tidak menggunakan bahan bahan
kimia seperti pestisida atau lainnya. Tahun 2009 menjadi tahun yang baik untuk
Henrique Sloper. Hal itu ditandai dengan panen pertamanya dengan tehnik
biodynamic dan diberi sertifikat. Tehnik biodynamic pertama kali ditemukan oleh
filsuf Jerman Rudolph Steiner pada tahun 1920.
Bagaimana Jacu Coffee dibuat?
Jacu Coffee dibuat dengan memberi makan burung jacu. Kopi yang digunakan yakni kopi jenis arabika khas Brazil. Setelah diberi makan, burung jacu akan mengeluarkan kotoran yang kemudian diolah menjadi biji kopi seperti yang kita konsumsi biasanya. Proses ini mirip dengan proses yang terjadi pada pengolahan kopi luwak. Kopi yang dihasilkan dikenal memiliki aroma yang kering pada saat kopi belum diseduh. Ketika diseduh, jacu coffee memiliki karakteristik rasa yang full bodied, mild, wet aromatics, nutty dan dusty sweetness.Dimana Jacu Coffe diproduksi?
Jacu Coffee diproduksi di perkebunan Espiri Santo, Pedra Azul, Brazil. Jacu coffee tumbuh pada ketinggian sekitar 450 meter diatas permukaan laut. Varietas kopi yang dihasilkan yakni, bourbon, icatu dan catuai. Jacu coffee adalah produk kopi khas Brazil yang menggunakan hewan langka berupa burung jacu sebagai bagian dari prosesnya. Populasi burung ini tidak terdapat di Indonesia dan hanya ada di sekitar hutan hujan Mata Atlantica . Namun, sebagai gantinya Indonesia juga memiliki hewan yang digunakan untuk mengolah buah kopi yang sangat terkenal, yakni luwak.Mengapa mereka memlih burung jacu?
Burung Jacu dipercaya sebagai burung cerdas yang mampu memilih biji-biji kopi terbaik. Burung jacu bahkan mampu menyeleksi biji-biji kopi yang tampak sempurna di mata manusia. "Saya memandang dengan heran ruang tamu saat burung jacu hanya memilih hanya memilihi buah yang paling matang, menyisakan separuhnya, bahkan yang tampak sempurna di mata awam manusia," tutur Henrique seperti dilansir di Modern FarmerBerapa harga untuk kopi jacu pada umumnya?
Harga yang ditawarkan untuk jacu bird coffee sangatlah fantastis. Kebanyakan kopi yang diproses dengan bantuan hewan memang memiliki harga yang jauh lebih mahal dibanding yang tidak. Berdasarkan Labreacafe, Untuk 125 gram jacu bird coffee harganya dapat mencapai 52 euro atau sekitar 890 ribu rupiah.
Sumber: Modern Farmer, Labreacafe
Sumber: Modern Farmer, Labreacafe
Komentar
Posting Komentar